Hari ini lagi mau nulis soal uang! Bukan cuma cara dapetinnya, cara jajaninnya, tapi juga cara mengelolanya. Berapa uang yang didapatkan hari ini, berapa banyak belanja rutin yang harus dilunasi? Lalu, berapa banyak uang yang harus disimpan untuk pengeluaran tidak rutin, dan ini yang paling penting, berapa banyak uang yang harus ditabung setiap bulannya.
Sebelum nulis lebih panjang, saya mau ngaku duluan. Saya ga begitu rapi bikin cashflow. Keuangan di rumah biasanya model gesek, ada uang tunai di rumah, tapi jumlahnya pas-pasan, cuma cukup buat belanja dapur atau jajan yang ga begitu mahal. Tabungan, buat saya, adalah sisa dari segala gesek-gesek dan belanja harian tadi.
Salah besar, ya. Akibatnya banyak, saya ga tau persis berapa pengeluaran total sebulan, saya juga ga tau persis berapa pendapatan tiap bulannya. Uang datang dan pergi gitu aja, ga ada jejaknya.
Padahal, saya udah cukup tau dan pengguna produk keuangan macam tabungan dan reksadana. Mestinya sih, seiring pengetahuan soal produk keuangan yang lumayan itu, sistem perencanaan di rumah saya lebih baik. Mestinya.
Oh iya, saya mau jelasin dulu kenapa tiba-tiba saya nulis soal uang. Jadi, beberapa hari lalu saya diundang datang ke acara Citi Peka (Peduli dan Berkarya) yang dihelat oleh Citi Indonesia. Citi Indonesia bareng mitra pelaksana Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) ini punya program sosial pendidikan keuangan.
Program Citi Peka ini ditujukan untuk semua umur, laki-laki dan perempuan. Kalau untuk anak-anak, pembelajaran finansial lebih sederhana, kebanyakan soal mengelola uang jajan dan menabung. Nah, untuk program yang kerjasama dengan PPSW ini sasarannya khusus, perempuan ekonomi rendah berusia matang.
Lho, memangnya orang miskin punya uang, sampe diajarin ngelola uang segala?

Anggar B. Nuraini, Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia di acara kemarin, bilang, “Pemahaman keuangan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perempuan, sebagai pemegang kendali keuangan keluarga memerlukan pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan pengelolaan keuangan, agar dapat cerdas dan mandiri secara finansial.”
Jadi, program dari Citi Peka ini fokusnya bukan seberapa banyak uang yang dimiliki, tapi ke mana larinya uang-uang itu? Udah sesuai kebutuhan atau belum?

Elvera N. Makki, Country Head Corporate Affairs, Citi Indonesia di tempat yang sama kemarin bilang, “Data menunjukkan bahwa jumlah perempuan di Indonesia mendekati 50% dari total jumlah penduduk di Indonesia, namun cenderung lebih sedikit mendapatkan akses ke institusi keuangan dalam hal menabung, terutama di kelas ekonomi menengah ke bawah. Padahal apabila perempuan dikuatkan kemampuan ekonominya, maka banyak manfaat yang dapat diraih baik untuk dirinya, keluarganya, dan pertumbuhan ekonomi nasional.”

Lanjut lagi soal program Citi Peka dan PPSW, ya. Program ini udah berjalan dari 2010 – 2016. Selama periode itu, Citi Peka dan Asosiasi PPSW memberikan pendidikan keuangan kepada lebih dari 4.500 perempuan yang tersebar di 6 provinsi di Indonesia, yaitu, Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Riau.
Hasilnya gimana?
Kemarin PPSW share beberapa slide ini waktu pemaparan, saya sempat foto beberapa.

Ini beberapa testimoni dari peserta usai ikut pelatihan finansial:
- Dapat menabung untuk hari tua
- Tidak boros
- Mengetahui kebutuhan daripada keinginan
- Merasa aman dan senang. Sikap dan perilaku lebih berhati-hati
- Komunikasi dengan suami dan anak lebih baik
- Termotivasi memiliki investasi, menambah aset
- Dapat membuka usaha kecil
- Lebih semangat dalam menjalankan usaha
- Dapat menyisihkan uang untuk membangun rumah
- Tidak memiliki beban berkaitan dengan biaya sekolah karena sudah mempersiapkannya dengan tabungan pendidikan
- Memberikan rasa percaya diri untuk menolak permintaan keperluan yang tidak penting, biasanya permintaan anak.
Banyak ya, manfaatnya. Buat saya, poin nomor 3 ini penting banget. Suka kan ya, lagi jalan-jalan trus liat barang lucu, kok kepingin beli. Bisa juga pas ada teman yang datang ke rumah nawarin jualan, eh kita beli, padahal mah ga butuh. *tutup muka.
Nah, poin nomor 11 juga sama sulitnya. Kalau anak udah minta, biasanya mau jungkir balik kaya apa, pasti diusahain. Padahal ya yang diminta kadang ga begitu penting, misalnya gaun Frozen ala Elsa & Anna, atau boneka Little Pony. Ga dibeliin juga dia bakalan baik-baik aja, tapi kannn..
Oke, lanjut lagi soal hasil kajian programnya, ya.
Pelatihan keuangan dari Citi Peka dan PPSW juga bawa dampak positif di keluarga peserta, antara lain:
- Selalu bermusyawarah dalam mengatur anggaran keluarga
- Dapat berbagi kepada suami dan anak tentang pendidikan keuangan
- Mendidik anak untuk lebih bisa memilih kebutuhan yang harus didahulukan
- Mengubah perilaku suami menjadi tidak boros lagi dan anak menjadi jarang jajan.
Poin nomor 4 saya suka, tuh.
Ini beberapa materi yang jadi favoritnya peserta program:
- Penilaian diri dan menatap masa depan, rencana keuangan dan investasi
- Pendidikan keuangan memberikan perubahan baik kepada diri sendiri, keluarga, dan teman
- Mengontrol pengeluaran dan melakukan penghematan
- Menghadapi masa depan, pinjaman, dan hutang, serta berkomunikasi dengan keluarga.
Materinya keren-keren ya. Bikin pingin ikutan jadi peserta, euy. Biar kata udah melek produk keuangan, ada penghasilan yang bisa dikelola, dan punya tabungan, tetap aja saya masih perlu diajarin cara mengontrol pengeluaran dan berhemat. Suka ga bisa nahan diri kalo tukang bakwan malang lewat depan rumah, cyinn..
Ini ada info penting, berdasarkan survei , 51% pengelolaan keuangan keluarga Indonesia mayoritas dikelola oleh perempuan. Karenanya, penting banget buat perempuan untuk jadi pintar. Jangan sampai keuangan keluarga berdarah-darah gegara cicilan panci atau baju party!
/salam atur-atur uang