Bulan lalu, di hari terakhir jalan-jalan ke Kuala Lumpur, saya dapat teman baru, namanya Anita. Anita ini mba-mba Itali yang udah berbulan-bulan tinggal di Pulau Weh. Dia bilang udah ke beberapa tempat di Asia Tenggara buat diving, tapi di Pulau Weh lah cintanya tersangkut.
Ndilalah, kami pulangnya di hari yang sama dan naik penerbangan yang sama pula. Karena pilih penerbangan subuh dan takut kesiangan, kami memutuskan buat jalan tengah malam ke KLIA2 trus begadang di bandara sampai jam berangkat.
Sampai di terminal 2 Jakarta masih pagi tentu saja, dan Anita harus mengejar pesawat ke terminal 1. Lalu, dia tanya, apa bisa jalan kaki ke terminal 1? Nah lhooo, kan jaraknya jauh banget ya itu. Saya bilang ada shuttle bus antar bandara, bisa tunggu aja setelah keluar terminal.
Penerbangan lanjutan saya ke Lampung baru ada 3 jam lagi dan saya ga perlu pindah terminal, jadi saya santai banget dan memutuskan menemani Anita nunggu shuttle bus ………. yang setelah satu jam ditunggu ga muncul-muncul.
Selama nunggu itu, ada beberapa mobil yang minggir nawarin. Ada taksi, ada juga mobil model elf yang ujug-ujung langsung ngasi harga, “Dua puluh ribu aja.”
Nah, lhoooo… :((
Anita mulai gelisah, saya juga. Trus akhirnya saya mutusin nanya mas-mas petugas sekuriti dan diusulin buat naik kereta.
APAAAA? KERETA?
Saya bingung sebentar, trus baru ngeh, ya ampun kita tuh punya skytrain ya sekarang? Gini nih, kalau belum butuh, suka abai sama fasilitas yang ada. Jadi, setelah tau ada skytrain, Anita memilh ganti haluan dan kami dadah-dadah untuk berpisah.
Kereta penghubung antar terminal ini mulai beroperasi sejak 17 September 2017 lalu. Awalnya baru melayani perpindahan penumpang dari terminal 2 ke terminal 3, dan sebaliknya. Lalu pada pertengahan November kemarin penumpang dari terminal 1 ke terminal 2 (dan sebaliknya) juga mulai dilayani.
Bulan ini, proyek jalur kereta layang (kalayang) tahap 1 dijadwalkan selesai. Jalur yang sudah ada di tahap 1 ini yaitu: Terminal 1, Terminal 2, Integrated Building, dan Terminal 3. Nantinya jalur ini akan terhubung dengan kereta layang tahap 2: Terminal 4, Sky Hub (commercial area), lalu menuju ke Terminal 3 mengelilingi Bandara Soekarno-Hatta.
Saat ini skytrain beroperasi selama 20 jam setiap harinya, mulai jam 4 pagi dan terakhir pukul 12 malam. Sisa waktu 4 jam, menurut pengelola, digunakan untuk perawatan automated people mover system (APMS).
Nulis segini panjang soal kalayang, emangnya udah pernah nyobain langsung, Re?
Alhamdulillah wa syukurillah, tulisan ini dibuat setelah kemarin saya dan beberapa teman blogger nyobain langsung rasanya naik kalayang. Rasanya? Deg-deg-ser, senang, bangga, semua jadi satu. Udah lama banget nungguin akses transportasi keren terintegrasi kaya gini. Akhirnya kita punya, lho..
Kondisi stasiunnya belum 100%, masih banyak pekerja yang kerja di dalam dan luar terminal. Di bagian dalam kebanyakan tinggal finishing, tapi di bagian luar alat-alat dan kendaraan berat masih mondar-mandir terus.
Proyek pengerjaan kalayang ini dikerjakan oleh PT Wijaya Karya. Kebutuhan material beton untuk proyek ini sekitar 80% nya disediakan oleh PT Pionirbeton Industri (Pionirbeton/PBI), anak perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement).
Sebelum berangkat ke bandara untuk lihat proyek kalayang, kami sempat diajak jalan-jalan dulu ke batching plant Pionirbeton di area Kasablanka, Jakarta Selatan. Di batching plant ini kami lihat alat alat yang dipakai untuk mencampur atau membuat adukan beton ready mix dalam skala besar.

Selain proyek kalayang bandara, Pionirbeton juga menyediakan kebutuhan beton untuk proyek lain, seperti Apartemen One Park Gandaria, Apartemen Green Bay Pluit, Office South Quarter, dan The Podomoro City Central Park. Proyek gede semua yaa. Eh tapi jangan sedih, kalau butuh beton untuk skala kecil, tetap dilayani kok.
Pembelian personal atau skala kecil bisa dilakukan lewat http://www. tokotigaroda.com. Harga perkubik betonnya beragam, tergantung jenis, mulai Rp740rb. Pesanan akan dikirimkan dari batching plant terdekat dari lokasi. Sementara ini ada 23 batching plant yang tersebar di Jabodetabek, Jabar, Jateng, Jatim, dan Bali.
Akibat mampir ke batching plant, saya tau kalau bikin adukan beton itu macem-macem formulanya. Adukan buat sloof pondasi rumah dua lantai dan rumah tiga lantai berbeda. Adukan buat tangga, jalanan, jembatan kendaraan, jembatan orang, dan lapangan juga berbeda. Kalau misalnya belum yakin mau belanja yang mana, boleh juga telepon dulu call centrenya di: 08001037632 (pilih 2).
/salam beton